-->

Asyiknya Ngumpul Sore sambil Mengudap Bakwan Malang di Kedai

Sekumpulan anak muda duduk mengelilingi meja yang penuh dengan laptop dan kertas-kertas. Sambil berdiskusi, beberapa di antaranya menyeruput segelas caramel latte atau mengunyah bakwan Malang. Mereka tinggal di sana berjam-jam. Kadang tampak serius, lebih sering tertawa riuh. Wah, asyiknya!

Di kedai ini, mereka bukanlah satu-satunya grup yang datang untuk belajar bersama. 'Kedai', nama kafe di bilangan Kemang, Jakarta Selatan tersebut, memang sering didatangi untuk tempat kumpul-kumpul anak muda. Ada yang sekadar mengobrol, ada yang melakukan rapat kecil, adapula yang mengerjakan tugas atau belajar bareng.

Suasananya memang nyaman, seperti berada di rumah dengan banyak ruang tamu atau ruang makan. Tudung-tudung lampu gantungnya terbuat dari bakul nasi enamel. Kursi dan sofanya hampir tak ada yang seragam, namun sama-sama menampilkan kesan klasik.

Kesan kuno juga terlihat dari pemilihan keramik dan pemasangan mosaik untuk lantainya, serta pajangan piring dan poster antik di dinding. Pot-pot gantung semakin menimbulkan efek rumah eyang yang homey.

Daftar menunyapun tergolong ramah bagi perut orang Indonesia. Ada nasi goreng, bakwan Malang, gudeg, rawon, dll. Nama-namanyapun nyeleneh dan klasik, seperti Nasi Goreng Jumat Kliwon, Bakwan Kemarau, atau Pisang Goreng Panas Dingin.

Unggulannya adalah bakwan Malang dengan label 'Bakwan Et Cetera'. Konon, resepnya asli dari daerah Kayu Tangan, Malang. Kuahnya tampak keruh karena kaldu, bertabur irisan daun bawang. Untuk porsi kecil (Rp 32.500), di dalamnya terdapat siomay basah, siomay goreng, goreng panjang, dan bakso kukus.

Slurp... Kuahnya terasa gurih khas rebusan tulang sapi, jadi saya memutuskan tak menambahkan kecap, saus, maupun sambal sampai selesai makan. Saat dipotong dan dikunyah, keempat isiannya terasa kenyal lembut. Gurih ikan dan daging sapinya terasa. Sayang, ekspektasi saya akan kehadiran pangsit goreng khas bakwan Malang tak terpenuhi. Pasalnya, goreng-gorengannya sudah dicampurkan dalam kuah, jadi tak renyah lagi.

Masing-masing bakso tersebut berukuran cukup besar, jadi porsi kecilpun terasa mengenyangkan bagi saya. Apalagi porsi besarnya, yang meski hanya berbeda harga Rp 3.500 lebih mahal, sudah ditambah bakso sapi dan tahu.

Makanan klasik tanah air enaknya dipadukan dengan minuman klasik pula. Pilihan saya jatuh pada Teh Serai (Rp 22.000), teh melati yang diseduh dengan sari sereh. Saya memilih dibuatkan dingin, disajikan di gelas bersama gula cair terpisah. Aroma serainya wangi semerbak!

Kumpul-kumpul ini belum juga selesai hingga beberapa jam setelah saya menghabiskan makan siang. Akibatnya, saya terpaksa memesan makanan dan minuman lagi di sore hari. Kali ini saya ingin yang berbau kebarat-baratan a la kafe, seperti chocolate molten cake (Rp 27.500) dan iced caramel latte (Rp 34.000).

Cakenya tampil sederhana: chocolate molten dan es krim vanilinya disajikan di dua mangkuk berbeda. Jadi, setelah menyendok cake cokelat lumernya yang hangat, sendok pindah ke mangkuk es krim vanili. Keduanya meleleh berbarengan di lidah, menghasilkan sensasi hangat dan dingin yang saling melengkapi. Lezat!

Rasa vanili yang halus dari es krim melembutkan pekatnya rasa cake cokelat. Andai saja es krimnya tak lumer dari awal, mungkin chocolate molten ini bisa menemani saya mengerjakan tugas lebih lama.

Iced caramel lattenya berwarna cokelat pucat dengan whipped cream di atasnya. Manisnya pas dengan aroma kopi yang halus dan sedikit jejak karamel. Paduan cake dan latte ini bisa juga mengenyangkan kalau sedang tak ingin makan berat.

Letaknya di jalan yang tak begitu sibuk membuat Kedai cukup tenang untuk tempat belajar atau mengerjakan tugas. Pilihan comfort foodnya ditawarkan dengan harga yang relatif terjangkau dibanding kafe di mal-mal. Bisa jadi pilihan untuk para pelajar atau mahasiswa! Mampir yuk!

Kedai
Jl. Benda Raya No. 89, Kemang
Jakarta Selatan
Telepon: 021-7819945, 91272243

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter