-->

Fosil Tinja Ungkap Misteri Hyena Prasejarah

Peneliti berhasil mengetahui santapan hyena purba dan keturunannya yang populasinya tersebar di seluruh Eropa dan Asia (Eurasia) dan hidup berdampingan dengan para Neanderthal, setelah melakukan penelitian terhadap fosil tinja mereka.
Hyena gua (Crocuta crocuta spelaea) hidup sekitar sau juta tahun lamanya di Eurasia sebelum mati dan punah sekitar 10 ribu sampai 30 ribu tahun lalu. Yang menarik, kata Jean-Mar Elalouf,
peneliti dari Institute of Biology and Technology Saclay, Prancis, bukan hanya mereka sekitar 25 persen lebih besar dibandingkan dengan hyena modern, hyena purba juga lebih bertenaga serta gigitannya lebih kuat.
Dari data yang didapat, diperkirakan, predator prasejarah ini kemungkinan merupakan sebuah subspesies dari hyena bintik modern dan gemar menyantap rusa merah.
Pada studinya, Elalouf dan koleganya mengekstrak DNA dari sembilan spesimen fosil kotoran dari sebuah gua di Pyrenees, Prancis. Dua sampel berhasil memunculkan hasil yang baik dan dapat dianalisa lebih lanjut. Mereka kemudian memperhatikan DNA di mitochondria tinja tersebut, yang merupakan struktur pembangkit energi pada sel.
Dengan membandingkan data genetik ini dengan gen mitochondrial dari hyena yang hidup saat ini, peneliti mengetahui bahwa hyena gua ini sangat erat hubungannya dengan hyena bintik modern, dan agak jauh dengan hyena loreng modern.
DNA yang diteliti juga memastikan bahwa makanan utama hyena itu adalah rusa merah. Seperti prediksi peneliti sebelumnya setelah melihat bekas gigitan di tulang-tulang yang juga dijumpai di gua tersebut. Data genetic ini lebih memastikan santapan para hyena dibandingkan dengan apa yang bisa diungkapkan oleh tulang-belulang karena menurut Elalouf, tulang sejumlah hewan tidak akan mampu bertahan hingga saat ini.
“Informasi yang ada di DNA ini juga bisa mengungkapkan informasi yang sangat berharga bagi kita terkait struktur populasi hewan ini di Eropa sampai saat kepunahan mereka,” kata Gerrit Dusseldorp, peneliti lain dari University of Witwatersrand, Afrika Selatan.
Penelitian ini sendiri dipublikasikan di jurnal Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences.

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter