Tak ada hal yang tak mungkin. Kalimat ini
cocok untuk menggambarkan keadaan dan
prestasi yang telah diraih Jacob Barnett,
seorang anak berusia 14 tahun yang
digadang-gadang akan memenangkan hadiah
Nobel suatu hari nanti.
Ketika berusia dua tahun, Jacob didiagnosis
memiliki autisme. Dokter memberitahu orang
tua Jacob bahwa dia kemungkinan tak akan
bisa berbicara atau membaca, atau bahkan
mengurus dirinya sendiri seumur hidup.
Namun
kenyataannya, diagnosis dokter tersebut salah
besar.
Saat ini, Jacob barnett yang baru berusia 14
tahun telah menjadi mahasiswa Master yang
berusaha mendapatkan gelar PhD dalam
bidang fisika quantum. Berdasarkan BBC,
remaja yang memiliki IQ 170 ini telah disiapkan
untuk menerima hadiah Novel suatu hari nanti.
Sejak masuk ke Indiana University-Purdue
University Indianapolis (IUPUI) saat berusia 10
tahun, Jacob telah membuat profesor dan
rekannya takjub dengan kecerdasannya yang
luar biasa. Remaja ini bahkan membantu rekan
mahasiswanya dalam mata kuliah kalkulus dan
telah bergabung menjadi peneliti ilmiah.
IQ Jacob diperkirakan telah melampaui IQ
Albert Einstein. Berdasarkan laporan TIME
tahun 2011, Jacob bahkan diharapkan untuk
bisa mematahkan teori relativitas yang
ditemukan oleh Albert Einstein suatu hari nanti.
Selain belajar di universitas, Jacob Barnett
yang memiliki Sindrom Asperger ini juga
merupakan penulis buku dan wirausahawan.
Jacob dan keluarganya menjalankan yayasan
sosial yang disebut Jacob's Place untuk anak-
anak yang memiliki autisme. Mereka
menggunakan yayasan ini untuk membongkar
banyak mitos seputar anak-anak autis, serta
membuktikan bahwa anak autis bisa menjadi
hebat.
"Saya sama sekali tidak diharapkan untuk ada
di sini. Anda tahu, dokter mengatakan saya
bahkan tak akan bisa berbicara. Kemungkinan
besar ada terapis yang sedang ketakutan
ketika melihat saya ada di sini," ungkap Jacob
Barnett, seperti dilansir oleh Huffington Post
(11/05).
Meski perjalanan Jacob terlihat mulus, namun
kenyataannya ibunya Kristine Barnett
mengatakan bahwa Jacob selalu bekerja keras
melewati setiap hari untuk bisa mengalahkan
autisme yang dideritanya.
"Dia menghadapinya setiap hari. Ada hal-hal
yang diketahuinya tentang dirinya dan dia
harus berusaha mengaturnya setiap hari,"
ungkap Kristine. Pada bulan April, Kristine
menerbitkan sebuah memoar yang
menceritakan pengalamannya membesarkan
Jacob, berjudul "The Spark: A Mother's Story
of Nurturing Genius."
Kristine berharap buku dan kisah mengenai
Jacob bisa menjadi inspirasi bagi semua orang
tua dan anak yang memiliki autisme di dunia.
Kisah Jacob diharapkan bisa membuat semua
anak yang memiliki kekurangan atau
didiagnosis dengan penyakit tertentu tidak
patah semangat dan terus berusaha. Mereka
bisa melakukan dan meraih apapun yang
mereka inginkan.
Post a Comment
Post a Comment
This Blog is DOFOLLOW, Well Please Comment and are not included in spam Thank You..
Cheers,
Admin