-->

Indonesia Dinilai Setback Soal HIV-AIDS, Menkes Sakit Hati

RDBC - Terkait peningkatan jumlah kasus HIV-AIDS dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah media internasional memberitakan bahwa Indonesia mengalami setback atau kemunduran. Menanggapi hal itu, Menteri Kesehatan mengaku sakit hati.

"Terus terang saya sakit hati dibilang setback. Tapi ya sudah lah, yang penting akan kita terus berusaha," kata Menteri Kesehatan (Menkes) Nafsiah Mboi dalam temu media di Gedung Kementerian Kesehatan, Jl Rasuna Said Jakarta Selatan, Jumat (5/2/2013).

Cukup beralasan memang jika Menkes mengaku sakit hati dinilai setback. Menurutnya, peningkatan kasus HIV bisa juga menunjukkan bahwa kemampuan dalam melakukan deteksi serta kesadaran kelompok berisiko untuk memeriksakan diri justru mengalami peningkatan.

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Prof Dr Zubairi Djoerban, SpPD, KHOM dari RS Kramat 128 yang dikenal punya kepedulian tinggi terhadap isu HIV-AIDS. Ia pun tidak setuju peningkatan jumlah kasus dijadikan dasar untuk menilai Indonesia mengalami setback.

"Contohnya Afrika Selatan, pernah menemukan 2,2 juta infeksi baru. Namun ketika itu malah mendapat banyak pujian," kata prof Zubaeri.

Sementara itu, Country Director UNAIDS (badan PBB untuk HIV-AIDS) Dr Cho Kah Sin membantah telah membuat kesimpulan bahwa Indonesia mengalami setback dalam penanganan HIV-AIDS. Dr Cho justru menyalahkan pers yang telah memuat berita negatif soal Indonesia.

"Language setback itu bukan dari UNAIDS, tetapi dari pers," kata Dr Cho.

Dari 4 indikator pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) yang berhubungan dengan HIV-AIDS, diakui oleh Menkes bahwa ada 2 indikator yang masih butuh kerja keras. Selebihnya, 2 indikator lainnya diyakini oleh Menkes sangat mungkin bisa dicapai pada 2014.

Indikator yang masih butuh kerja keras adalah sebagai berikut:

1. Persentase penduduk usia 15-24 tahun yang mempunyai pengetahuan komprehensif tentang HIV (berdasarkan rapid survei 2011 baru mencapai 20,6 persen, padahal target 2012 sebesar 85 persen dan target 2014 sebesar 95 persen)

2. Persentase penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko tinggi (berdasarkan survei terpadu biologi dan perilaku 2011 baru 35 persen, padahal target 2012 sebesar 45 persen dan target 2014 sebesar 65 persen).

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter