Ravictory.Hot/Movie - Jangan cari tokoh bernama Ucok di film ini. Ucok adalah simbol yang mudah ditebak merujuk ke mana. Ya, Batak! Film ini sudah mencuri perhatian sejak akhir tahun 2011, dan terus membuat kejutan sepanjang 2012. Puncak dari kejutan itu adalah masuknya film ini sebagai nominasi Film Terbaik Festival Film Indonesia, Desember lalu.
Bahkan, salah satu pemainnya, Lina Marpaung berhasil meraih Piala Citra sebagai pemeran pembantu terbaik. Namun, baru hari ini 'Demi Ucok' mulai bisa dinikmati secara luas di bioskop. Sebuah perjalanan panjang yang menyimpan banyak cerita tentang kegigihan anak-anak muda di dunia perfilman Indonesia yang mengharukan.
Lina Marpaung berperan sebagai Mak Gondut, seorang ibu Batak yang tengah gelisah dengan 'nasib' anak gadisnya, Gloria Sinaga (Geraldine Sianturi). Glo, demikian panggilannya, lebih mementingkan kariernya sebagai sutradara ketimbang mulai memikirkan untuk mencari jodoh. Ketika Glo kesulitan mencari dana untuk film keduanya, Mak Gondut pun menemukan celah: ia bersedia membiayai asal putrinya itu mau dijodohkan dengan pria pilihannya.
Mak Gondut digambarkan sebagai sosok yang kocak, dan "licik" namun sebenarnya menyimpan duka: ia mengindap penyakit yang membuatnya divonis dokter tak akan bertahan hidup lama. Namun, film ini menempatkan kedukaan itu dengan santai, dan bahkan di satu titik bisa menjadi bahan lawakan itu sendiri. Simak, misalnya bagaimana Mak Gondut sampai harus sembunyi di lemari rumah sakit untuk menghindari dokter yang menagih biaya pengobatan. Sedih, tapi siapa yang tak tertawa melihat adegan seperti itu?
'Demi Ucok' merupakan film kedua Sammaria Simanjuntak setelah 'Cin(t)a'. Dan, kalau mau diproyeksikan ke karier Sammaria sendiri sebagai sutradara film, 'Demi Ucok' jadi terbaca sebagai kisah yang personal. "Film kedua nggak boleh amatiran lagi," ujar Glo seolah mewakili suara hati Sammaria, dan timnya di Kepompong Gendut yang memproduksi film ini. Lalu, di mana tempat bagi penonton untuk bersimpati pada tokoh Glo?
Lebih-lebih ketika Glo kemudian menempuh jalan "crowd funding" via Facebook untuk mencari dana bagi filmnya, penonton lagi-lagi teringat dengan 'Demi Ucok' sendiri, yang juga mengambil langkah serupa. Bagaimanapun, sejak awal film ini memang mendeklarasikan "personalitas"-nya lewat tagline 'film by a mother, a daughter and you". Mother dan daughter? Pemeran Mak Gondut tak lain ibunda Sammaria sendiri.
Namun, bukan berarti lantas film ini asyik dengan dirinya sendiri. Lagi pula, bukankah yang personal tak pernah bisa dilepaskan konteksnya sebagai bagian dari yang publik, dan bahkan yang politis? Faktanya, kita melihat di sekitar Glo dan Mak Gondut ada sosok-sosok seperti A Cun (Sunny Sun), anak muda yang bingung dengan passion-nya, Niki (Saira Jihan), gadis lesbian penjual DVD bajakan yang kemudian hamil dan punya anak, serta tantenya Glo yang keliling dunia dulu baru menikah.
Mbak Gondut sendiri punya masalalu yang tak gemilang. Ia artis yang gagal karena lebih suka cari aman dengan menikah ketimbang berjuang mengejar mimpinya. Apakah ada yang tersindir dengan kondisi itu? Begitulah, dengan personalitasnya, dengan cerdik Sammaria kemudian justru tampak begitu leluasa untuk memainkan filmnya sebagai panggung yang maksimal.
Layaknya seni wayang kulit Jawa yang bisa memuat beragam unsur nilai, 'Demi Ucok' pun lantas menjadi suara kejujuran yang kalau direnungkan lebih dalam, sebenarnya berbicara tentang kegelisahan kita semua, sebagai individu, keluarga, profesional, dan warga negara, sebagai apa saja dan siapa saja. Sungguh sebuah film yang kaya dalam kesederhanaannya!
Post a Comment
Post a Comment
This Blog is DOFOLLOW, Well Please Comment and are not included in spam Thank You..
Cheers,
Admin