Fakta ini barangkali bakal membuat para laki-laki meringis malu. Menurut hasil riset tim dari Sekolah Kedokteran Einstein, Yeshiva University, laki-laki lebih sering berbuat curang ketimbang para perempuan dalam urusan penelitian ilmiah. Tak peduli dia masih keroco atau sudah level peneliti senior, fakta ini tak berubah.
“Fakta bahwa pelanggaran etika terjadi di semua tingkat karir peneliti, pengawasan etika seharusnya tak hanya berfokus pada mereka yang masih pemula,” ujar Arturo Casadevall, kepala tim peneliti Yeshiva University, pekan lalu. Arturo dan timnya meneliti 228 kasus pelanggaran etika yang dilaporkan ke United States Office of Research Integrity (ORI) dari 1994 hingga 2012.
Menurut Arturo, kecurangan ilmiah ditemukan pada 215 kasus. Dari semua kasus itu, 40 persen melibatkan peneliti pemula, 32 persen melibatkan peneliti senior, dan sisanya dilakukan oleh tenaga peneliti lain. Yang menarik, lebih dari 65 persen kecurangan itu dilakukan oleh peneliti laki-laki. Namun angka kecurangan itu bervariasi untuk setiap tingkat.
Yang mengejutkan, untuk kategori peneliti senior, 85 persen tindakan tak patut itu dilakukan peneliti laki-laki, untuk peneliti post-doktoral, 65 persen pelakunya laki-laki. Di kelompok peneliti pemula atau mahasiswa, 'hanya' 58 persen kecurangan dilakukan laki-laki. Tapi Arturo dan timnya belum tahu persis mengapa peneliti senior laki-laki ini lebih sering bertindak curang.
Dia menduga, faktor biologis berperan penting. “Laki-laki cenderung pengambil risiko dibanding perempuan,” katanya. “Tapi bisa jadi karena laki-laki lebih kompetitif dari perempuan. Yang jelas, kami belum tahu pasti penyebabnya.”
Post a Comment
Post a Comment
This Blog is DOFOLLOW, Well Please Comment and are not included in spam Thank You..
Cheers,
Admin