-->

Kelahiran 21 April: (Ebiet G. Ade)

Ebiet pertama kali belajar gitar
dari kakaknya, Ahmad
Mukhodam, lalu belajar gitar di
Yogyakarta dengan Kusbini .

Semula ia hanya menyanyi
dengan menggelar pentas seni
di Senisono, Patangpuluhan,
Wirobrajan, Yogyakarta dan juga
di Jawa Tengah,
memusikalisasikan puisi-puisi karya
Emily Dickinson, Nobody, dan
mendapat tanggapan positif dari
pemirsanya. Walau begitu ia
masih menganggap
kegiataannya ini sebagai hobi
belaka. Namun atas dorongan
para sahabat dekatnya dari PSK
(Persada Studi Klub yang
didirikan oleh Umbu Landu
Paranggi) dan juga temannya
satu kos, akhirnya Ebiet bersedia
juga maju ke dunia belantika
musik Nusantara. Setelah berkali-
kali ditolak di berbagai
perusahaan rekam, akhirnya ia
diterima di Jackson Record pada
tahun 1979.[6]

Jika semula Ebiet enggan
meninggalkan pondokannya
yang tidak jauh dari pondok
keraton, maka fakta telah
menunjuk jalan lurus baginya ke
Jakarta. Ia melalui rekaman demi
rekaman dengan sukses. Sempat
juga ia melakukan rekaman di
Filipina untuk mencapai hasil
yang lebih baik, yakni album
Camellia III . Tetapi, ia menolak
merekam lagu-lagunya dalam
bahasa Jepang , ketika ia
mendapat kesempatan tampil di
depan publik di sana.

Pernah juga ia melakukan
rekaman di Capitol Records,
Amerika Serikat, untuk album
ke-8-nya Zaman. Ia menyertakan
Addie M.S. dan Dodo Zakaria
sebagai rekan yang membantu
musiknya.
Lagu-lagunya menjadi trend baru
dalam khasana musik pop
Indonesia. Tak heran, Ebiet
sempat merajai dunia musik pop
Indonesia di kisaran tahun
1979-1983 . Sekitar 7 tahun Ebiet
mengerjakan rekaman di
Jackson Record. Pada tahun
1986, perusahaan rekam yang
melambungkan namanya itu
tutup dan Ebiet terpaksa keluar.

Ia sempat mendirikan perusahaan
rekam sendiri EGA Records, yang
memproduksi 3 album, Menjaring
Matahari , Sketsa Rembulan Emas ,
dan Seraut Wajah .
Sayang, pada tahun 1990 , Ebiet
yang "gelisah" dengan Indonesia,
akhirnya memilih "bertapa" dari
hingar bingar indutri musik dan
memilih berdiri di pinggiran saja.
Baru pada tahun 1995 ia
mengeluarkan album Kupu-Kupu
Kertas (didukung oleh Ian Antono,
Billy J. Budiardjo (alm),
Purwacaraka , dan Erwin Gutawa )
dan Cinta Sebening Embun
(didukung oleh Adi Adrian dari
KLa Project). Pada tahun 1996 ia
mengeluarkan album Aku Ingin
Pulang (didukung oleh
Purwacaraka dan Embong
Rahardjo ). Dua tahun berikutnya
ia mengeluarkan album Gamelan
yang memuat 5 lagu lama yang
diaransemen ulang dengan musik
gamelan oleh Rizal Mantovani.
Pada tahun 2000 Ebiet
mengeluarkan album Balada
Sinetron Cinta dan tahun 2001 ia
mengeluarkan album Bahasa
Langit , yang didukung oleh Andi
Rianto , Erwin Gutawa dan
Tohpati. Setelah album itu, Ebiet
mulai lagi menyepi selama 5
tahun ke depan.

Ebiet adalah salah satu penyanyi
yang mendukung album Kita
Untuk Mereka, sebuah album
yang dikeluarkan berkaitan
dengan terjadinya tsunami
2004 , bersama dengan 57 musisi
lainnya. Ia memang seorang
penyanyi spesialis tragedi,
terbukti lagu-lagunya sering
menjadi tema bencana.
Pada tahun 2007 , ia
mengeluarkan album baru
berjudul In Love: 25th Anniversary
(didukung oleh Anto Hoed ),
setelah 5 tahun absen rekaman.

Album itu sendiri adalah
peringatan buat ulang tahun
pernikahan ke-25-nya, bersama
pula 13 lagu lain yang masih
dalam aransemen lama. [7]

Kemunculan kembali Ebiet pada
28 September 2008 dalam
acara Zona 80 di Metro TV
cukup menjadi obat bagi para
penggemarnya. Dengan dihadiri
para sahabat di antaranya Eko
Tunas , Ebiet G Ade membawakan
lagu lama yang pernah popular
pada dekade 80-an.

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter