-->

Fakta Seputar ‘Bahaya’ Makan di Restoran

Makan di restoran atau cafe merupakan idaman setiqp orang terlebih bagi mereka yang memang hobi kuliner. Namun, ternyata di balik kelezatan makanan restoran , ada ‘bahaya’ tersembunyi bagi kesehatan tubuh. Seperti apa ?

Mementingkan kelezatan rasa

Sebagian besar restoran sudah pasti secara inliah dirancang untuk lebih mementingkan kelezatan rasa. Sejumlah penelitian menunjukkan, bahan-bahan seperti lemak, garam dan gula banyak digunakan untuk mendapatkan kelezatan yang diinginkan, terutama pada makanan cepat saji.

Kombinasi gula dan lemak pada es krim, misalnya, atau lemak dan garam dalam kentang goreng, digunakan dalam takaran yang lebih besar sehingga rasanya berbeda dan lebih enak daripada ketika Anda membuatnya sendiri.

Seperti kita ketahui, kelebihan lemak, gula dan garam bisa berbahaya bagi kesehatan tubuh. Kadar garam berlebih dapat meningkatkan risiko terkena tekanan darah tinggi (hipertensi) dan mengurangi kepadatan tulang bagi para penderita osteoporosis.

Gula dalam jumlah yang besar, bisa menyebabkan obesitas dan diabetes, selain itu juga mengakibatkan gigi keropos. Dan, Anda tentunya sudah tahu apa akibatnya jika kadar lemak dalam tubuh berlebihan. Tidak hanya membuat tubuh gemuk, tapi juga bisa menyumbat pembuluh darah, menyebabkan sakit jantung dan asam lambung naik.

Penggunaan lemak yang berlebihan

Lemak kadang ditambahkan untuk membuat makanan terlihat segar dan menggugah selera. Sama seperti garam, biasanya konsumen tidak akan menyadari kalau makanan yang disantapnya mengandung banyak lemak. Karena umumnya tidak terasa berminyak atau licin saat di mulut, banyak orang tidak sadar kalau mungkin telah banyak lemak yang dimakannya.

Umumnya, ‘lemak tersembunyi’ ini terasa lembut di mulut. Pernahkah Anda merasakan ikan panggang yang terasa sangat empuk dan juicy di restoran, tapi ketika coba memasak sendiri di rumah, teksturnya lebih kering? Mungkin karena tambahan lemak di dalamnya.

Kurangnya kontrol kalori

Kini ada banyak restoran yang mencantumkan jumlah kalori pada setiap menunya. Kenyataannya, kontrol kalori pada makanan di restoran tidak selalu dilakukan setiap hari.

Jadi, jika Anda mengira hanya mengonsumsi 350 kalori karena restoran mengklaim nya begitu, masih ada kemungkinan jumlah kalorinya lebih besar.

Hal ini karena penambahan garam atau gula sering terlewat dalam tes kalori restoran, dan biasanya para ahli masak dan staf dapur lebih sibuk menyelesaikan pesanan ketimbang memerhatikan kandungan kalori.

Bisa saja, makanan 350 kalori Anda sebenarnya mengandung 400 bahkan 500 kalori. Belum lagi bila Anda menambahkan sendiri bumbu-bumbu penyedap, seperti keju parmessan, dried chilli atau saus sambal.

mengacu pada uraian diatas, bukan berarti Anda tidak boleh sama sekali menikmati makanan lezat di restoran. Hanya saja, jangan buat acara makan di luar ini menjadi semacam kebiasaan, apalagi dilakukan dalam frekuensi yang sering.

Cobalah batasi kebiasaan Anda untuk makan di luar rumah, misalnya cukup dua kali seminggu. Usahakan selalu sempatkan memasak makanan sendiri di rumah karena kontrol masakan ada pada Anda.

Selain itu, masakan rumah lebih aman dari lemak, garam atau gula berlebih selama Anda mengikuti panduan masak sehat yang benar. (rvtc/fs)

sumber

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter