Penyakit yang sering dikaitkan dengan tato atau seni merajah kulit umumnya adalah penyakit yang menular lewat darah seperti hepatitis dan infeksi HIV. Namun kini para ilmuwan mengaitkannya pula dengan risiko kanker kulit. Benarkah?
Infeksi HIV (Human Imunodeficiency Virus) dan hepatitis sebenarnya bukan dipicu oleh tato itu sendiri, tetapi penularannya bisa terjadi melalui jarum tato yang tidak steril. Mekanismenya persis seperti penggunaan jarum suntik secara bergantian pada pemakai narkoba.
Dalam kaitannya dengan kanker, yang banyak menjadi kambing hitamnya bukan jarum tato melainkan tinta yang digunakan. Tinta merah misalnya, mengandung logam berat seperti timbal, kadmium, krom, nikel, titanium dan sebagainya. Bahkan, ada pula yang mengandung arsenik.
"Tidak semua orang yang ditato akan kena kanker kulit. Tapi mereka mengalami peningkatan risiko mengingat kebanyakan tukang tato memakai tinta yang mengandung arsenik," kata Dr DJS Tula, konsultan bedah plastik di RS BLK di Delhi, India seperti dikutip dari Indiavision, Selasa (5/2/2013).
Secara khusus, Dr Tula juga menganjurkan untuk menghindari pembuatan tato di sekitar tahi lalat. Bukan semata-mata karena kandungan logam berat dalam tinta yang digunakan, tetapi lebih pada tampilan tahi lalat yang menjadi sulit diamati jika mengalami perubahan.
Seperti diketahui, berbagai perubahan pada tahi lalat sering mengindikasikan adanya kanker kulit seperti melanoma. Karena itu, penting untuk mengamati adanya perubahan bentuk pada simetri, ukuran, warna dan tekstur. Adanya tato di sekitar tahi lalat tentu akan menganggu pengamatan.
"Jika ada tato di sekitarnya (tahi lalat), maka tanda-tanda peringatan penting akan sulit teramati dan ini nantinya bisa berkembang menjadi melanoma atau jenis kanker kulit lainnya," kata Dr Tula yang juga mengingatkan bahwa peralatan tato harus selalu dalam kondisi steril saat digunakan.
Post a Comment
Post a Comment
This Blog is DOFOLLOW, Well Please Comment and are not included in spam Thank You..
Cheers,
Admin