Dokter Dito, saya mau bertanya. Sejak SMP, saya sering mengalami sakit kepala. Dengan kata lain, sakit kepala menjadi suatu kebiasaan saya hingga usia saya saat ini.
Di kala saya terlalu keras berpikir, pramenstruasi dan saat dalam perjalanan jauh, sakit kepala ini muncul dan saya memaklumi hal itu. Namun, yang saya tidak maklumi, bahwa terkadang dia muncul begitu saja tanpa sebab. Ini menyebabkan nyeri bahkan sampai ke bagian mata atau bahkan menjadi migraine.
Saya mohon saran, sebenarnya apa yang terjadi pada diri saya? Dan saya mohon cara untuk mengatasinya? Terima kasih atas penjelasan yang diberikan dokter Dito. Semoga dokter Dito sekeluarga sehat, sukses, bahagia, dan diridhoi Allah selalu.
Monica (Wanita Lajang, 17 Tahun), monica_XXX@gmail.com
Tinggi 155 Cm dan Berat Badan 54 Kg
Jawaban:
Dari pertanyaan Mbak Monica di atas, ada beberapa petunjuk kunci: sakit kepala, sejak SMP (sekitar 3 tahun), sering terjadi. Biasa muncul saat terlalu keras berpikir, menjelang haid, saat perjalanan jauh, terkadang muncul tanpa sebab. Nyeri kepala menjalar sampai ke mata.
Sebelum kami uraikan lebih lanjut, perlu diketahui bahwa klasifikasi sakit kepala di dalam uraian kami ini berpedoman kepada International Headache Society International Classification of Headache Disorders, edisi kedua.
Dari kata kunci sakit atau nyeri kepala, maka kita dapat mengarahkan diagnosis ke:
1.Gangguan nyeri kepala akut primer (acute primary headache disorders)
Pada tipe ini, maka diagnosis umumnya mengarah ke: migraine dengan atau tanpa aura, nyeri kepala tegang otot (Tension-type headache), cluster headache.
Adapun diagnosis yang kurang sering namun masih mungkin terjadi antara lain: paroxysmal hemicrania, idiopathic stabbing headache, cold-stimulus headache, benign cough headache, benign exertional headache, headache associated with sexual activity.
Tentang migraine, amat menarik dan spesial untuk diketahui. Sebab, sebelum langsung memastikan migraine, biasanya dokter akan memikirkan beberapa kemungkinan diagnosis bandingnya, seperti:
1. Cerebral Aneurysms
2. Chronic Paroxysmal Hemicrania
3. Cluster Headache
4. Dissection Syndromes
5. Herpes Simplex Encephalitis
6. Intracranial Hemorrhage
7. Muscle Contraction Tension Headache
8. Temporal/Giant Cell Arteritis
9. Tolosa-Hunt Syndrome
10. Viral Meningitis
Jadi yang dipikirkan oleh orang awam sebagai migraine, belum tentu didiagnosis oleh dokter sebagai migraine.
2. Gangguan nyeri kepala akut primer (acute secondary headache disorders)
a. sakit kepala yang berkaitan erat dengan cedera kepala, misalnya: acute post-traumatic headache
b. sakit kepala yang berkaitan erat dengan gangguan di pembuluh darah (vascular disorders), misalnya: perdarahan subarachnoid, acute ischemic cerebrovascular disorder, unruptured vascular malformation, arteritis (contoh: temporal arteritis), nyeri karotid atau pembuluh darah arteri vertebra, venous thrombosis, arterial hypertension.
c. Sakit kepala yang berkaitan erat dengan gangguan intrakranial yang tidak berhubungan dengan pembuluh darah (nonvascular intracranial disorder), misalnya: benign intracranial hypertension (pseudotumor cerebri), infeksi intrakranial, tekanan cairan serebrospinal yang rendah (contoh: sakit kepala akibat pungsi lumbal).
d. Sakit kepala yang berkaitan erat dengan penyalahgunaan zat substance atau masa pemulihan dari ketergantungan NAPZA (withdrawal), misalnya: penggunaan atau terpapar akut (jangka pendek) dan kronis (menahun).
e. Sakit kepala yang berkaitan erat dengan infeksi noncephalic, misalnya: infeksi virus dan bekteri.
f. Sakit kepala yang berkaitan erat dengan gangguan metabolisme, misalnya: hypoxia (kekurangan oksigen), hypercapnia (meningkatnya kadar karbondioksida di dalam darah, lebih dari 45 mmHg), campuran antara hypoxia dan hypercapnia, hypoglycemia (konsentrasi gula/glukosa darah menurun), dialisis, ketidaknormalan metabolisme lainnya.
g. Sakit kepala atau nyeri wajah yang berkaitan erat dengan gangguan kepala, leher, mata, telinga, hidung, sinus atau rongga hidung, gigi, mulut, struktur tulang tengkorak kepala (kranial) atau wajah lainnya.
h. Neuralgia kranial, nyeri saraf tubuh, dan nyeri alih.
Dari kata kunci "sakit kepala terkadang muncul begitu saja tanpa sebab" maka sudah hampir dapat dipastikan bahwa sakit kepala yang dialami oleh mbak Monica adalah gangguan nyeri kepala akut primer. Kemungkinan penyebabnya adalah pelepasan peptida yang berkaitan dengan gen kalsitonin dan gangguan neurotransmisi serotonin.
Secara umum, beberapa kondisi berikut ini merupakan diagnosis yang sering ditegakkan dokter bila menemui kasus sakit kepala atau nyeri kepala yang akut.
1. Migraine
2. Tension headache
3. Gangguan gigi berupa dental caries/wisdom tooth impaction
4. Sakit kepala yang berkaitan dengan haid (menstrual headache)
5. Efek dari putus obat atau berhenti minum obat (medication withdrawal)
6. Penggunaan obat berlebihan (medication overuse)
7. Sinusitis akut
8. Otitis media (gangguan organ telinga tengah)
9. Cerebrovascular incident
10. Temporomandibular joint syndrome (TMJ)
11. Acute hydrocephalus
12. Cervical paraspinal muscle tenderness
Berikut ini beberapa petunjuk praktis yang biasa dipakai dokter di dalam menegakkan atau memastikan diagnosis.
1. Bila sakit kepala frekuensi dan tingkat keparahannya semakin meningkat, maka ada kemungkinan menderita: mass lesion, subdural hematoma, atau penggunaan obat berlebihan (medication overuse).
2. Bila timbulnya (onset) sakit kepala mendadak, maka ada kemungkinan menderita: perdarahan otak di bagian subarachnoid, pituitary apoplexy, perdarahan (hemorrhage) menuju lesi massa atau vascular malformation, lesi massa (terutama posterior fossa mass).
3. Bila sakit kepala disertai tanda-tanda penyakit sistemik (demam, kaku leher atau leher terasa tegang, bercak/ruam kulit kemerahan atau rash), maka ada kemungkinan menderita: meningitis, encephalitis, penyakit Lyme, infeksi sistemik, penyakit pembuluh darah kolagen.
4. Bila sakit kepala berlangsung selama 15 sampai 180 menit (tanpa diobati), terasa di sekitar mata, satu sisi kepala, kepala bagian temporal, disertai dengan mata merah (tipe injeksi konjungtiva), air mata nrocos terus, hidung tersumbat, keluar ingus/cairan di hidung, muka dan dahi berkeringat, miosis (pupil mata konstriksi atau menyempit), ptosis (kelopak mata turun/lunglai), dan/atau pembengkakan di kelopak mata.
Memiliki frekuensi serangan satu hingga delapan kali serangan setiap hari, maka kemungkinan besar menderita sakit kepala tipe kluster (cluster headache).
5. Bila sakit kepala berlangsung selama 30 menit hingga 7 hari, dengan total merasakan sakit kepala kurang dari 180 hari per tahunnya. Kualitasnya: seolah menekan, mengikat, tidak berdenyut. Intensitasnya: ringan hingga sedang. Lokasi: kedua sisi kepala. Sakit kepala tidak diperberat oleh naik tangga atau aktivitas fisik rutin lainnya. Tidak ada mual. Tidak ada muntah. Selera atau nafsu makan mungkin menurun bahkan menghilang. Tidak ada photophobia (kondisi dimana mata terlalu sensitif terhadap cahaya). Tidak ada phonophobia (kondisi dimana seseorang takut mendengar suara atau takut berkata keras, sensitif terhadap suara/bunyi). Bila kriteria ini banyak yang cocok/sesuai, maka ada kemungkinan menderita sakit kepala tegang otot episodik (Episodic Tension-Type Headache).
Solusinya secara umum: beristirahat, relaksasi, membeli obat analgesik setelah berkonsultasi ke dokter, psikoterapi. Menghindari konsumsi makanan yang mengandung MSG (monosodium glutamate; bahan pengawet), coklat, keju. Mengatasi berbagai faktor sistemik. Antidepresan dapat diberikan dokter bila sakit kepala memang disebabkan karena depresi. Obat steroid dapat diberikan bila diagnosis mengarah ke temporal arteritis.
Kombinasi anti-emetik/analgesik dapat digunakan pada penderita serangan migraine akut. Metoclopramide IV dapat digunakan pada kasus migraine akut. Ergotamine tidak direkomendasikan untuk penderita migraine akut. Obat golongan opioid analgesik sebaiknya tidak digunakan secara rutin untuk terapi migraine karena obat ini berpotensi berkembang menjadi medication overuse headache (berakibat sakit kepala bila dosisnya berlebihan). Bila memang benar terbukti migraine, maka dokter akan memberikan beberapa pilihan obat sebagai profilaksis/pencegahan, yaitu dari golongan: beta bloker, trisiklis, topiramat, valproat.
Penggunaan atau konsumsi obat sebaiknya memang dikonsultasikan ke dokter, sebab selain banyak efek samping, beberapa obat malah menimbulkan terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi (drug-related intracranial hypertension), yang salah satunya juga ditandai dengan sakit/nyeri kepala. Beberapa obat ini antara lain: antibiotik (misalnya: tetracycline, minocycline, trimethoprim-sulfamethoxazole, nalidixic acid), cimetidine, isotretinoin, kortikosteroid, tamoxifen.
Untuk pemeriksaan penunjang, dengan computed tomographic (CT) scan dan/atau MRI (magnetic resonance imaging), hanya diperlukan bila diagnosis mengarah ke gangguan nyeri kepala akut sekunder. Penggunaan electroencephalography (EEG) dan pungsi lumbal juga belum diperlukan pada kasus seperti yang dialami mbak Monica.
Demikian penjelasan kami, semoga bermanfaat.
Post a Comment
Post a Comment
This Blog is DOFOLLOW, Well Please Comment and are not included in spam Thank You..
Cheers,
Admin